Bogoran.com – Tahun 2023 mendatang BRI menargetkan kontribusi sebesar 65,4% pada inklusi keuangan dan dapat menjangkau 107,5 juta nasabah segmen mikro.
Dalam mewujudkan perekonomian Indonesia yang maju diperlukan adanya motor penggerak dalam hal meningkatkan inklusi keuangan.
Sebagai salah satu BUMN, BRI terus menunjukkan komitmennya untuk mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Hal tersebut selaras dengan salah satu visi BRI di tahun 2025 yakni menjadi “ Juara Inklusi Keuangan”.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan perseroan terus mengoptimalkan sumber dayanya untuk memperluas jangkauan dan melakukan pemberdayaan. Di antaranya melalui pengembangan ekosistem pembiayaan di segmen usaha mikro dan ultra mikro.
Mengingat segmen tersebut merupakan sumber pertumbuhan baru perseroan yang masih sangat besar potensinya di Indonesia.
“Inklusi, pemberdayaan dan pemerataan itu sangat penting. Oleh karena itu kami yakin BRI yang bisnis inti UMKM dan lebih spesifik lagi portofolio kredit mikro mencapai lebih dari 40%,” ujar Supari.
Dukung Inklusi Keuangan
Oleh karena itu, saya fokus melayani masyarakat luas untuk mendukung inklusi keuangan di Indonesia.
Supari menyebut dalam memperkuat pemberdayaan bisnis mikro, BRI terus berkomitmen mengimplementasikan prinsip-prinsip ESG ( Environmental, Social & Governance ).
Hal ini mengingat segmen bisnis mikro menjadi tulang punggung pertumbuhan BRI, yang mana porsi kredit mikro BRI terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari 34,3% pada tahun 2018 naik menjadi 43% pada akhir kuartal II 2023, dan ditargetkan mencapai 45% pada tahun 2025 mendatang.
serupa roadmap inklusi keuangan BRI, perseroan menargetkan kontribusi 70% terhadap peningkatan inklusi keuangan pada tahun 2024 atau sebanyak 121,6 juta nasabah.
Pada tahun 2023 ini, BRI menargetkan kontribusi 65,4% terhadap inklusi keuangan atau sekitar 107,5 juta nasabah.
Strategi pemberdayaan BRI berada di depan pembiayaan sehingga perseroan mampu membangun risk appetite yang lebih baik untuk menjangkau setiap level kewirausahaan dengan berbagai skema yang sesuai kapabilitas nasabah.
Mengacu pada kerangka pemberdayaan yang dimiliki BRI, perseroan membagi target inklusi keuangan sesuai dengan tingkat kewirausahaan nasabah. Level terbawah atau level dasar yakni unfeasible unbankable . Lalu level tengah yaitu layak unbankable , dan level paling atas yaitu layak bankable .
Artinya, fokus bantuan BRI tidak hanya pada pembiayaan dan material untuk segmen mikro, tetapi juga dengan perjalanan pemberdayaan yang di antaranya berbentuk pelatihan dan literasi bisnis.
“Tentunya jika kita ingin mengangkat UMKM ini betul-betul menjadi kontributor perekonomian, maka kita harus membangun kapabilitas di sektor tersebut. Dalam hal ini kapabilitas pemberdayaan atau pemberdayaan,” imbuhnya.***