News  

DBD Mengancam Warga Bogor, 4 Orang Meninggal dalam 7 Bulan Terakhir

DBD Mengancam Warga Bogor, 4 Orang Meninggal dalam 7 Bulan Terakhir
Ilustrasi Nyamuk Demam Berdarah

Bogoran.com – Di Kota Bogor, Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi ketakutan yang menghantui penduduk. Tidak sekadar merasa lemas, penyakit yang diakibatkan oleh sengatan nyamuk aedes aegypti ini juga berpotensi berujung pada kematian.

Sri Nowo Retno, yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, mencatat bahwa dalam rentang waktu Januari hingga Juli 2023, telah terjadi 960 situasi kasus DBD yang tercatat di 6 kecamatan di wilayah tersebut. Dari jumlah tersebut, terdapat 4 individu yang telah meninggal dunia.

Melansir dari radarbogor.com, Retno menjelaskan bahwa informasi tersebut ia dapatkan dari laporan rumah sakit di Kota Bogor dan juga dari wilayah-wilayah terkait. Dia menyampaikan bahwa pada tahun sebelumnya, jumlah kasus DBD mencapai 1531, dengan 9 orang di antaranya mengalami kematian.

Mayoritas Pasien adalah Anak-anak

Retno menjelaskan bahwa mayoritas kasus DBD terjadi pada pasien berusia anak-anak. Dia mengungkapkan bahwa ini disebabkan oleh fakta bahwa anak-anak termasuk dalam kelompok yang berisiko tinggi karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Masih ada sepuluh kelurahan yang memiliki skor indikator tingkat pemusnahan jentik nyamuk di bawah 95 persen.

Dalam daftar kelurahan tersebut, tercatat Bondongan, Cikaret, dan Empang sebagai beberapa yang memiliki tingkat pemusnahan jentik nyamuk yang paling rendah, demikian diungkapkan oleh Retno.

Dinkes Suarakan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Dalam upaya mencegah kelanjutan situasi ini, Dinkes Kota Bogor secara aktif menyuarakan program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Yang mana program ini dijalankan oleh Juru Pemantau Jentik (Jumantik) berjumlah 3-4 kader per RW.

Mereka bertugas memantau jentik di tempat-tempat potensial. Seperti misalnya, bak mandi, ember, pot, dan tempat minum burung menggunakan senter, untuk memastikan tidak ada sumber penularan DBD. Dan dilanjutkan dengan penaburan bubuk abate.

PSN juga akan diperluas ke sekolah-sekolah selain wilayah karena anak-anak banyak berada di sekolah, di mana berpotensi sebagai tempat penularan.

Selain itu, Jumantik akan dengan tekun memberi edukasi kepada warga mengenai tindakan pencegahan DBD, termasuk 3M plus. Yakni menabur larvasida pada tempat air yang sulit dibersihkan, memakai obat anti nyamuk, tidur dengan kelambu, serta pelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.

Tak hanya itu, masyarakat juga diharapkan untuk menanam tumbuhan yang dapat mengusir nyamuk dan merancang pencahayaan ventilasi di dalam rumah.

Serta perlu juga menjauhi kebiasaan menggantung pakaian di dalam ruangan yang berpotensi menjadi tempat peristirahatan nyamuk.

Imbauan Wakil Walikota Bogor

Menanggapi lonjakan kasus DBD, Wakil Wali Kota Bogor mengimbau warga untuk tidak membuang sampah ke sungai, terutama saat musim kemarau yang akan berlangsung lama.

Dedie, Wakil Wali Kota, menekankan pentingnya menjaga lingkungan agar tidak terdapat genangan air yang tak terkontrol. Dia juga mengingatkan tentang pengelolaan sampah yang bijaksana dan larangan membuang sampah sembarangan, terutama ke sungai.

Menurut Dedie, dalam tujuh bulan ke depan, Kota Bogor akan menghadapi musim kemarau yang panjang, dimana sumber air utamanya berasal dari Cisadane. Air sungai tersebut masih digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti memasak, menyikat gigi, dan berwudhu.

Dedie berharap masyarakat dapat mengambil contoh dari negara-negara seperti Jepang dan Korea. Karena mereka menjunjung tinggi kebersihan, yang pada akhirnya memberikan dampak positif pada kesejahteraan penduduknya.

sumber: radarbogor.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *